Perkataan dan Perbuatan, Tolok Ukur Sifat dan Akhlaq
مِنْ قَوَاعِدِ القُرْآنِ أَنَّهُ يَسْتَدِلُّ بِالْأَقْوَالِ وَالْأَفْعَالِ عَلَى مَا صَدَرَتْ عَنْهُ مِنْهُ مِنَ الأَخْلاَقِ وَالصِّفَاتِ
Diantara kaidah Qur’an yaitu menjadikan perkataan dan perbuatan sebagai dalil yang menunjukkan karakter dan perilaku orangnya.
Kebanyakan orang ketika mendengar seseorang mengucapkan suatu perkataan atau melihat seseorang melakukan suatu perbuatan, maka perhatiannya terbatas hanya perbuatan yang dilakukan si pelaku atau terbatas pada maksud dari ucapkan yang diucapkannya, tanpa mau berpikir lebih jauh tentang sumber yang menjadi latar belakang ucapan atau perbuatan tersebut. Orang yang cerdas akan selalu memperhatikan dua masalah ini karena dia menyadari bahwa keduanya saling berkaitan. Terlebih lagi, ini merupakan salah satu kaidah yang diajarkan oleh Al-Qur’an.
Misalnya, firman Allâh tentang sifat-sifat para hamba-Nya,
وَعِبَادُ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًۭا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلْجَٰهِلُونَ قَالُوا۟ سَلَٰمًۭا |
“Dan hamba-hamba Rabb yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al-Furqan/25: 63)
Perkataan dan perbuatan mereka ini bisa dijadikan isyarat yang menunjukkan karakter dan sifat mereka. Sifat dan karakter yang menjadi sumber perbuatan ini adalah ketenangan, kekhusyu’an, sifat bijak, akhlaq mereka yang terpuji serta upaya mereka untuk menjaga diri mereka dari perdebatan dengan orang-orang yang tidak tahu.
Juga misalnya firman Allâh yang artinya, “Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).” (QS. An-Naml/27: 17)
Yang terpahami langsung dari ayat ini adalah tentara Nabi Sulaiman ‘alaihissalam itu terdiri dari jin, manusia, dan burung. Keberadaan tentara Nabi Sulaiman ‘alaihissalam yang beragam ini bisa dijadikan dalil yang menunjukkan bagusnya pengaturan (manajemen) kerajaan, politik (siasat), serta baiknya peraturan undang-undang.
Juga firman Allâh,
وَإِذَا سَمِعُوا۟ ٱللَّغْوَ أَعْرَضُوا۟ عَنْهُ وَقَالُوا۟ لَنَآ أَعْمَٰلُنَا وَلَكُمْ أَعْمَٰلُكُمْ سَلَٰمٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِى ٱلْجَٰهِلِينَ |
“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling darinya dan mereka berkata, ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.’” (QS. Al-Qashash/28: 55)
Perbuatan yang disebutkan dalam ayat di atas bisa dijadikan bukti yang menunjukkan perangai pelakunya yang bagus serta kebersihan jiwanya dari sifat buruk, juga menunjukkan kecerdasan dan kesabarannya.
Semisal dengan ini, pemberitaan tentang perilaku keji orang-orang kafir jahiliyyah yang membunuhi anak-anak mereka karena takut jatuh miskin dan sengsara. Kejadian ini menunjukkan beratnya kegelisahan mereka dan persangkaan mereka yang buruk terhadap Rabb mereka, serta ketidakpercayaan mereka terhadap kemampuan Rabb mereka untuk mencukupi kebutuhan mereka.
Begitu juga firman-Nya tentang orang-orang yang memusuhi Rasulullâh,
وَقَالُوٓا۟ إِن نَّتَّبِعِ ٱلْهُدَىٰ مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَآ |
“Dan mereka berkata, ‘Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami.’” (QS. Al-Qashash/28: 57)
Perkataan mereka ini menjadi dalil yang menunjukkan persangkaan jelek mereka terhadap Rabb mereka dan keyakinan buruk mereka yang meyakini bahwa Allâh tidak akan menolong serta tidak akan menyempurnakan agama-Nya. Contoh-contoh untuk kaidah ini banyak sekali. Wallâhu a’lam.
Maraji’: Al-Qawa’idul Hisan, kaidah ke-66.
Rubrik Ushul Tafsir Majalah As-Sunnah edisi 06/Th. XVII/Dzulq’dah 1434 H/Oktober 2013 M
Kunjungi Toko Online Majalah As-Sunnah, untuk mendapatkan koleksi majalah yang lebih lengkap dengan harga dan penawaran menarik lainnya.
Artikel asli: https://majalahassunnah.net/tafsir/perkataan-dan-perbuatan-tolok-ukur-sifat-dan-akhlaq/